Saya mengenal Daniah pada sebuah kepanitiaan acara kampus
yang digelar oleh Pusat Studi Perpajakan (Puspa): Pekan Raya Perpajakan
Nasional (PRPN) tahun 2017. Saat itu dia masih duduk di tahun pertama kuliah.
Namun status "anak baru" yang melekat padanya tidak membuat Daniah
malu-malu melakukan hal yang menjadi kewajibannya dengan total. Dalam catatan
saya ada beberapa hal yang membuat saya salut, terutama perihal bagaimana dia
menyikapi krisis dengan tenang, pengambilan keputusan yang relatif bagus, dan
keberaniannya untuk melakukan protes kepada atasannya dalam kepanitiaan yang
bertindak tidak sesuai dengan koridor. Atau setidaknya begitu menurutnya.
Setelah kepanitiaan usai saya diangkat menjadi Kepala Puspa
dan beberapa kursi kepengurusan kosong. Salah satunya adalah kursi wakil
kepala. Dengan melihat rekam jejak teman-teman mahasiswa terutama sepanjang
gelaran hajatan besar PRPN, saya tidak ragu untuk membujuk Daniah untuk
menerima posisi itu. Meski awalnya menolak, akhirnya Daniah mengiyakan tawaran tersebut.
Saya tidak dalam kapasitas untuk menilai apakah kepengurusan periode itu
membuat paling tidak satu peninggalan kecil yang cukup berarti dan manfaat.
Yang jelas ada yaitu catatan demi catatan yang merangkum cerita. Bahwa sebuah
organisasi kampus yang belum lama berdiri memiliki cita-cita besar dikelola
oleh orang-orang baru yang ingin terus berkembang. Salah satunya adalah Daniah.