Beberapa hari yang lalu, banyak kawan membagi tautan sebuah tulisan di Midjournal(1). Isi tulisan tersebut, pada intinya, menjelaskan bahwa Purwokerto merupakan kota yang membahagiakan dengan seluruh kesederhanaannya. Makanan murah, warung kopi yang berlimpah, serta tempat bermain dan berwisata yang menyuguhkan banyak pemandangan indah. Untuk sesaat, saya setuju dengan pokok tulisan tadi. Banyak hal sama yang saya rasakan.
Tetapi permasalahan dimulai dari satu hal. Kebanyakan kawan yang membagi tautan tersebut adalah kawan yang tinggal (atau setidaknya pernah tinggal) di Purwokerto. Tentu ada subjektivitas di sana. Sama seperti ketika saya, yang walaupun bertempat tinggal di Wangon—sebuah kecamatan yang berjarak sekitar 30 KM dari pusat kota, merasakan kenyamanan Purwokerto. Apalagi, sejak SMA saya sudah ngekos di Purwokerto. Dan sekarang saat saya sudah bekerja merantau, saya lebih sering mudik ke Purwokerto ketimbang pulang ke Wangon. Pernyataan bahwa Purwokerto menyediakan berbagai macam hal dengan sederhana menjadi hal yang sangat personal dan cenderung sentimentil. Lebih karena saya jauh dan merasa romantisme kerinduan saya ada di kota ini. Pun karena keluarga dan kawan-kawan yang tersebar di penjuru kota.
Kemudian pertanyaan mengganggu ini terpaksa saya ajukan: benarkah Purwokerto memang kota yang nyaman (dan membahagiakan)? Jika saya adalah pendatang di Purwokerto, akankah saya mengeluarkan jawaban yang sama?
Tetapi permasalahan dimulai dari satu hal. Kebanyakan kawan yang membagi tautan tersebut adalah kawan yang tinggal (atau setidaknya pernah tinggal) di Purwokerto. Tentu ada subjektivitas di sana. Sama seperti ketika saya, yang walaupun bertempat tinggal di Wangon—sebuah kecamatan yang berjarak sekitar 30 KM dari pusat kota, merasakan kenyamanan Purwokerto. Apalagi, sejak SMA saya sudah ngekos di Purwokerto. Dan sekarang saat saya sudah bekerja merantau, saya lebih sering mudik ke Purwokerto ketimbang pulang ke Wangon. Pernyataan bahwa Purwokerto menyediakan berbagai macam hal dengan sederhana menjadi hal yang sangat personal dan cenderung sentimentil. Lebih karena saya jauh dan merasa romantisme kerinduan saya ada di kota ini. Pun karena keluarga dan kawan-kawan yang tersebar di penjuru kota.
Kemudian pertanyaan mengganggu ini terpaksa saya ajukan: benarkah Purwokerto memang kota yang nyaman (dan membahagiakan)? Jika saya adalah pendatang di Purwokerto, akankah saya mengeluarkan jawaban yang sama?