"Ditolak tepat di depan pintu rumah seseorang itu tidak seberapa mengesalkan ketimbang diminta masuk hanya untuk dihina dan diusir beberapa saat kemudian," tutur mas Nuran mengawali pembicaraan.
Sekira bulan Oktober kemarin saya mengambil cuti dan menyempatkan diri berkunjung ke Jogja. Sesampainya di Jogja saya menghubungi mas Nuran dan berjanji untuk bertemu di sebuah kafe untuk berbincang santai barang sejenak. Tak cukup sampai di situ, mas Nuran lalu meminta saya untuk menginap di kontrakannya dan melanjutkan pembicaraan. Jadilah saya kemudian mengirim pesan singkat kepada seorang kawan, mengabarkan bahwa saya tak jadi menginap di tempatnya.
Lewat tengah malam saya membonceng mas Nuran pulang, membelah dinginnya malam Jogja. Di tengah jalan saya meminta mas Nuran untuk berhenti di salah satu minimarket untuk membeli perlengkapan mandi, air minum, serta sedikit cemilan. Agak lama di minimarket karena mas Nuran usrek di salah satu pojokan seperti mencari sesuatu. Ketika ditanya, dia menjawab, "aku lagi nyari bir lokal (sambil menyebut nama salah satu merk bir), tapi ternyata nggak ada. Yasudahlah."