*tentang orang tua dan gaji pertama
Izinkan saya mulai cerita yang akan saya tulis ini dari Slavoj Zizek. Seorang filsuf yang jalan pikirnya tak bisa ditebak oleh orang banyak. Suatu kali, wawancaranya dimuat di majalah Guardian. Saat, itu ia ditanya apakah utang terbesarnya pada orang tua yang telah melahirkannya dan merawatnya dari kecil. Jawabnya singkat:
“Tidak ada, saya harap. Tak semenit pun saya habiskan buat menangisi kematian mereka.”
Melihat perilaku dan pola pikir yang telah ia tunjukkan selama ini. Jawaban seperti itu tak begitu mengherankan. Mungkin, dari kacamata awam saya, Zizek merasa bahwa apa yang orang-orang tua berikan pada anak-anak mereka bukanlah suatu jasa yang harus dianggap sebagai sebuah utang untuk kemudian kita lunasi. Semua orang (dalam kasus ini biarlah saya melakukan generalisasi) pada akhirnya menikah, dan mempunyai anak, dan berkewajiban menjaga anak tersebut. Siklus yang kemudian akan berulang ketika si anak dewasa dan mendapat gilirannya menjadi orang tua.
Tapi apakah memang seperti itu hakikat keberadaan manusia di dunia ini? Lahir, menjalani masa kanak-kanak, menjadi dewasa, berkembang biak, lalu mati. Bila boleh dilakukan simplifikasi, manusia tak berbeda dengan semua makhluk hidup lain. Benarkah begitu?